Sabtu, 30 Juni 2012

Kuliner “Daging Tak Bertulang” Disukai Banyak Orang? (>> HAH… !!!)


"Yah, itulah tahu Sumedang yang konon merupakan jenis tahu paling enak di Indonesia ini. Seperti namanya asal mula diciptakan tahu ini berasal dari provinsi Jawa Barat yaitu kabupaten Sumedang. Seperti apa sejarahnya? Mari kita simak bersama-sama."
Sejarah

Dari buku Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia karangan Sam Setyautama, pembuatan tahu Boen Keng dimulai tahun 1917 oleh seorang imigran China bernama Ong Kino. Sumber lain mencatat, pembuatan tahu ini dimulai tahun 1911 untuk konsumsi rumah tangga Ong Kino. Menurut buku tersebut, Ong Kino membuat tahu sekadar untuk menyenangkan istri tercintanya. Belakangan, tahu itu juga disukai teman-temannya. Ong Kino pun memutuskan menjajakan tahu yang dalam bahasa China disebut ”daging tak bertulang” itu di Sumedang. Tahu ini kemudian menjadi cikal bakal tahu sumedang yang kita kenal sekarang.

Kemasyhuran makanan yang tergolong baru di Sumedang sampai juga ke telinga Pangeran Soeriaatmadja. Dalam perjalanannya ke Situraja, pangeran itu mampir ke Tegal Kalong, tempat Ong Kino memproduksi tahu. Seusai mencicipi tahu itu, sang pangeran berkata, ”(Wah, ini) benar-benar enak. Pasti makanan ini bakal laku (kalau dijual). Seperti mantra, kata-kata sang pangeran benar-benar menjadi kenyataan. Tahu yang diolah keluarga Ong Kini itu laku keras, bahkan menjadi ikon Sumedang hingga sekarang. Namun, tahu ini baru menggunakan merek Boen Keng pada tahun 1960-an. Ketika itu, Ong Kino kembali ke China dan usaha pembuatan tahu diteruskan anaknya, Boen Keng.

Usaha ini kemudian beralih kepada salah seorang dari lima anaknya, yakni Ukim. Sejak tahun 1995, usaha tersebut dipegang Suriadi, salah seorang dari tujuh anak Ukim. Jadi, boleh dikata, Suriadi adalah generasi keempat pengelola tahu Boen Keng. Suriadi yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Maranatha, Bandung, mengelola usaha ini dengan cara yang tidak jauh berbeda dari leluhurnya. Dia tidak berambisi untuk mendirikan cabang-cabang usaha di kota lain.”Itu sulit dilakukan karena air di kota lain berbeda dengan air di Sumedang. Rasanya pasti akan berbeda. Buat kami, begini saja sudah cukup,” katanya.

Saat ini Tahu Sumedang begitu mudah di jumpai mulai dari gerbang Sumedang di Cileunyi Bandung sampai ke Pusat Kota Sumedang, Tahu sudah begitu besar jasanya menghidupi para pengusaha kecil yang demikian banyak di Sumedang.

Enaknya Tahu Sumedang

Gambar : Tahu Sumedang yang mantab siap disantap.
Tahu Sumedang dikenal sebagai makanan yang renyah dan bertekstur khas. Tahu yang aromanya khas, sedikit asin, lembut isinya, dan agak renyah kulit tahunya. Enaknya memang disantap dalam keadaan panas, dengan cabe rawit, atau sambal kacang juga enak.

Tak ayal makanan ini paling laris dijual di transportasi angkutan umum seperti bis, kereta maupun kapal-kapal angkutan penumpang. Harganya pun cukup terjangkau mulai dari kemasan berharga 1000 rupiah, Rp. 2000 atau juga Rp. 5000 dapat 3 kemasan. Popularitas tahu Sumedang tidak lekang oleh jaman dari tahun ke tahun dan kabupaten Sumedang pun pantas bangga atas warisan kuliner tanah air yang mereka miliki. Walaupun pada saat ini masih bermunculan tahu-tahu palsu yang “menamakan diri” mereka sebagai tahu Sumedang, namun yang asli tetaplah tahu yang dibawa oleh pedagang pelancong asal Sumedang. Oleh karena itu dengan adanya tahu yang enak ini perlu bagi produsen maupun pemerintah ikut menjembatani supaya dapat dikomersilkan ke ranah Internasional sebagai makanan khas Indonesia.

Daftar rujukan :
 http://sumedangonline.com/2010/06/3058/sejarah-tahu-sumedang.html

8 komentar:

  1. Entah kenapa sejak kecil aku gak suka tahu sumedang tapi justru lebih suka tahu sutera karena terasa lembut. Masih sering diiming-imingi tahu ini katanya enak banget tapi begitu memakannya aku tetap kurang suka tapi tetap kumakan karena lauknya cuma itu (kesukaan ibu dan lainnya). Aku jg alergi ikan karena selalu membuatku mual muntah. Jadi jika ibu cuma beli lauk ikan dan tahu sumedang, makan kurang nafsu tapi ortu kakak adik suka banget. Hik hik kacian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. Selera orang berbeda-beda sob, tahu sutra itu apa ya? Kayak gimana rupanya?

      Hapus
  2. Tahu sutera mirip tahu susu, anak2 zaman dulu(era kemerdekaan) kata bpk sangat suka bahkan masih mentahpun enak rasanya. warnanya 2 macam:putih & kuning, teksturnya sangat lembut jika jatuh bisa hancur shg pedagangnya selalu hati2 membawanya agar tidak rusak, ukurannya agak besar menggembung, tergolong tahu istimewa karena mulai dari pembuatannya sampai ketangan konsumen diperlakukan khusus berbeda dg tahu biasa yg kenyal. Harganya memang lebih mahal dari tahu lainnya. Hanya dijual mentah sampai kini blm kulihat ada yg jual matang. Produsen tahu ini masih sedikit,Bahan kedelainya pun pilihan krn bisa berpengaruh pada rasa tahu yg dihasilkan. Kalau udah pernah mencoba hampir dpt dipastikan ketagihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh gitu ternyata... daerahnya asalnya dimana ya?

      Hapus
  3. Kata bpk berasal dr Bandung, tapi aku gak tau udah ada yg jual sampai Sidoarjo atau blm. Di daerahku Jogja aja tidak semua tempat ada yg jual, ditempatku belinya di Wirosaban dekat RS Jogja cuma seminggu sekali itupun sangat laris cepat habis. Mungkin krn susah buatnya dan sifatnya yg mudah hancur jika terbentur keras shg jarang yg jual.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh dari Bandung to, mungkin disini ada tapi q gak tahu tempat mana yg jual..
      Takut gak laku kali ya mudah hancur..

      Hapus
  4. Tahu Sumeang ni dalamnya berongga-rongga gitu ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumedang ^^
      iya bisa dicakap macam tu..
      makanya berbentuk kotak kubus ^^

      Hapus

Terima kasih atas komentarnya:
1. Gunakan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung
2. Jangan pakai link aktif/ spam
3. Iklan boleh, tapi 1 kali saja :)