Rabu, 03 Oktober 2012

MANA YANG LEBIH BAIK: Berjilbab tetapi Berakhlak Buruk atau Tidak Berjilbab tetapi Berakhlak Baik

Siap Gak Siap Harus Siap ukhti..
”Lebih baik saya berjilbab hati dulu, daripada berjilbab tetapi hatinya tidak berjilbab.”

“Mendingan tidak usah berjilbab aja, daripada kaya si A berjilbab tapi masih sering berbuat maksiat.”

”Kalau belum siap berjilbab, mendingan ga usah pakai dulu!”

”Saya belum bisa memperbaiki perilaku saya, saya belum siap pakai jilbab jadi saya nanti aja pakai jilbabnya.”

”Saya sebenarnya pengen mamakai jilbab, tetapi masih belum siap.”

”Saya sebenarnya pengen mamakai jilbab, tetapi malu belum terbiasa.”


Mungkin kita sering mendengar perkataan-perkataan seperti di atas atau yang sejenisnya.  Dimana pernyataan atau pandangan-pandangan seperti di atas menjadikan seorang akhwat tidak atau menunda untuk berjilbab.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada di antara para muslimah yang sudah memakai jilbab ada yang masih melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan moral atau akhlak islam. Hal inilah yang kemudian memunculkan banyak pandangan-pandangan di masyarakat yang berpendapat seperti di atas. Mereka bersikap sinis dan pesimis terhadap jilbab.

Salah satu pandangan yang banyak kita jumpai di masyarakat adalah adanya pandangan yang mengatakan bahwa  ”Lebih baik kalau belum siap tidak usah pakai jilbab dulu, daripada berjilbab tetapi masih melakukan perbuatan-perbuatan maksiat atau berakhlak buruk”. Pandangan inilah yang juga sering mengecoh para muslimah sehingga menolak atau menunda melaksanakan kewajibannya dalam mengenakan jilbab. Kalau kita cermati pandangan semacam ini, kita bisa analisis sebagai berikut:

Ada dua pernyataan yang bisa kita tarik dari pandangan tersebut, yaitu:

1. Berjilbab tetapi berakhlak buruk
Para muslimah yang berjilbab tetapi masih banyak juga melanggar syariat-syariat islam yang lainnya.
2. Tidak berjilbab tetapi berakhlak baik
Para wanita yang tidak atau belum berjilbab tetapi tidak melanggar syariat-syariat islam yang lainnya, kecuali jilbab.

Pandangan yang seperti di atas menganggap bahwa pernyataan b lebih baik daripada pernyataan a. Apakah benar demikian? Atau  Manakah di antara kedua hal tersebut yang lebih baik?

Jawabannya adalah tidak ada lebih baik dari dua hal tersebut. Tidak ada yang lebih dari dua alternatif pelanggaran, karena dari keduanya memang tidak ada yang baik. Ketika seorang muslimah telah baligh atau dewasa maka wajib baginya untuk berjilbab. Adapun masalah moral atau akhlak itu adalah perkara yang lain dimana ada hukum tersendiri yang mengaturnya. Mungkin yang harus kita imani terlebih dahulu adalah bahwasanya berjilbab adalah kewajiban yang mutlak bagi seorang muslimah dewasa. Banyak dalil-dalil tentang kewajibab berjilbab,

”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al Ahzab (33): 59]

”Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.” [QS.AnNur(24) : 31]

Sabda Rasulullah shallallahu ’alahi wassalam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ’Aisyah, katanya:

”Hai Asmaa! Sesungguhnya perempuan itu apabila telah dewasa/sampai umur, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini.” Rasulullah Shallahllahu ’alaihiwassalam berkata sambil menunjukkan muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangan tangannya sendiri.

Yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana menggunakan jilbab secara benar atau sesuai syar’i. Karena kalau kita lihat di masyarakat, banyak para muslimah yang mengunakan jilbab belum sesuai dengan kriteria-kriteria syariat. Banyak kita dengar istilah ”jilbab gaul”, ”jilbab modis”, dan sebagainya yang mungkin bisa saya katakan bahwa yang demikian itu tidak bisa disebut dengan jilbab. Oleh karena itu hendaknya setiap muslimah yang memakai jilbab, pelajari bagaimana kriteria-kriteria jilbab yang sesuai dengan syariat.

Jilbab yang sudah dikenakan dengan benar, insya Allah akan memberikan pengaruh besar untuk melakukan kebaikan, sedangkan menanggalkannya bisa membuka peluang besar bagi jalannya bermacam-macam maksiat. Karena pada dasarnya tidak berjilbab merupakan kemaksiatan. Walaupun jilbab itu tidak menutup kemungkinan negatif dan bukan menjamin kebaikan seluruhnya tetapi dampak positif yang dicapai oleh wanita berjilbab jauh lebih baik dibanding wanita yang tidak berjilbab. Sebab wanita yang berjilbab itu telah memperoleh sebagian dari kebaikan/keutamaan sedangkan kebaikan lainnya harus dipenuhi dengan kewajibab lainnya. Adapun kebaikan itu muncul dari pancaran ilmu, iman dan takwanya kepada Allah subhanahu wata’ala.

Lalu bagaimana dengan wanita yang belum berjilbab tetapi bukan karena menolak melainkan menunda-nunda dengan berbagai alasan seperti malu masih belum terbiasa, belum siap, atau nanti saja dan lain-lain?

Bagi saudari-saudariku yang masih menunda-nunda berjilbab hendaklah menyadari bahwasanya umur dan ajal bisa datang kapan saja. Kita tidak tahu kapan malaikat maut mencabut nyawa kita. Apa tahun depan? Bulan depan? Besok? Atau mungkin satu jam lagi. Ingatlah kematian saudariku yang datangnya tiba-tiba. Hendaknya kita segera bertaubat dan mulailah kenakan jilbab dengan benar. Allah tidak akan menerima taubat seseorang ketika tiba ajalnya, dan ajal itu tidak akan dapat diundurkan atau dimajukan.

Rasulullah Shallallahu ’alahi wassalam membenci orang-orang yang merasa panjang umur, dengan sabdanya,

”Sesungguhnya yang paling aku takuti atas umatku ialah hawa nafsu yang masih merasa panjang umurnya. Adapun hawa nafsu yang menyesatkan manusia dari kebenaran dan hawa nafsu yang masih merasa panjang umurnya (panjang angan-angan) semua itu akan lupa pada hari akhir.”

Wallahu’alam

Sumber:

12 komentar:

  1. Berakhlak py kemungkinan besar berubah menjadi berjilbab, berakhlak buruk agak sulit berubah jadi baik krn sudah menjadi kebiasaan. Bagaimana dengan waria: berjilbab atau tidak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semuanya punya kemungkinan, entah itu waria/banci/homo/lesbi/berjilbab/tidak berjilbab dsb. tinggal orang tersebut tertunjuki tidak oleh Allah.. Kalau tidak, selamanya dia dalam kesesatan..

      Hapus
  2. Assalamu'alaykum..

    bagus kajiannya, akh..
    Semoga banyak ukhti yang terinspirasi dari dakwah antum di artikel ini..

    Salah satu permasalahannya mungkin kaya gini ya, akh?
    "Mana yang duluan: berjilbab kepala dulu atau berjilbab hati dulu?"

    Untuk nambahin jawaban buat kegalauan kaya gini, ane ud bikin artikel sejenis juga, akh..
    Izin share ya.. :)
    http://the-power-of-will.blogspot.com/2012/09/al-hujurat-4914.html

    Jazakallah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam..

      Iya terima kasih atas komentar akhi..

      Memang tidak ada pilihan antara kedua hal itu, keduanya sama2 penting dan perintah Allah..

      Silahkan, ini juga hasil share juga koq..

      Aamiiiin...

      Hapus
  3. Waria berjilbab atau tidak? pertanyaan ini blm sepenuhnya terjawab oleh admin tapi menurutku tergantung fisik alat kelaminnya, jika jelas2 pasti alat kelaminnya pria meski perilaku lembut dan lekuk tubuhnya spt wanita tentunya tidak mengenakan jilbab spt wanita normal krn jika berjilbab justru dilaknat (pria yg penampilannya menyerupai wanita dan wanita yg menyerupai wanita keduanya dilaknat). Untuk yg trans gender scr alami sebaiknya tetap berpenampilan spt seblm berubah dan gak usah operasi jenis kelamin biarkan apa adanya krn jk melakukan operasi bisa berdosa krn melanggar kodrat.

    BalasHapus
  4. Wah enak banget tinggal nunggu orang lain yg jawab he he gak papa kok yg penting ilmunya saling melengkapi biar tambah ngerti. setuju!

    BalasHapus
    Balasan
    1. soalnya pertanyaannya bingung maksudnya gimana gitu..

      Hapus
  5. asslmkm.
    syukron ,postingang yg sangat bermanfaat :D
    mau tulis uda folbek melalui guestbox-nya ribet banget sih, hehehhee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh
      Aamiiiin sama ukhti,
      Oh gitu ya, emang jenisnya beda sama yg lain ^^

      Hapus
  6. ya, ini yg jadi masalah kaum Muslimah zaman sekarang ini...
    banyak beralasan...
    dan sebenarnya, orang yg kebanyakan alasan itu sebenarnya adalah mereka yg hati dan akalnya sedang dihasut syaitan...

    tapi, semoga saja mereka segera sadar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kata2nya bagus sekali Mas..
      semoga saya gak termmasuk orang yg banyak alasan ya ^^

      Aamiiiin, makasih juga doanya

      Hapus

Terima kasih atas komentarnya:
1. Gunakan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung
2. Jangan pakai link aktif/ spam
3. Iklan boleh, tapi 1 kali saja :)