Tampilkan postingan dengan label Kewirausahaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kewirausahaan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 November 2012

Lima “Kartu” AS Yang Wajib Diterapkan Wirausaha

Semua orang, termasuk saya dan agan-agan sekalian, pasti memiliki keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini. Salah satunya adalah selalu memiliki keinginan untuk terus maju atau dikenal dengan istilah prestatif. Apalagi bila kita mulai mencoba untuk menjadi seorang entrepreneur ( wirausaha ) maka sikap dan perilaku prestatif ini wajib hukumnya untuk dimiliki.

Ada lima “Kartu” AS ( Bukan kartu Remi Loh..! ) sebagai sikap dan perilaku bekerja prestatif yang wajib diterapkan wirausaha, yaitu:
Bukan kartu remi lho...
kerja ikhlAS, maksudnya bukan berarti kerja tanpa mengharapkan gaji atau berjualan tanpa mengharapkan laba. Kerja ikhlas disini maksudnya adalah melakukan kegiatan bisnis tanpa keluh kesah bahkan rasa lelah tidak dirasakan sebagai suatu beban yang berat. Contoh: seorang pebisnis di internet walaupun hasil penjualan produknya hanya dapat menutup biaya tetapi dia tetap semangat dalam berbisnis

kerja mawAS, maksudnya mawas diri dari rasa emosional, dapat diartikan tidak tergesa-gesa dalam mengambil suatu tindakan dan tidak mudah terpancing oleh suasana dalam menerima kritikan ( tidak marah ) atau pujian (tidak GR yang berlebihan) dengan tujuan tidak terjebak pada kesalahan yang sama. Contoh: ketika kita memiliki masalah pribadi, baik dengan keluarga, sahabat, pacar maka tidak boleh membawa masalah ini ke dalam bisnis kita karena pasti akan sangat berpengaruh dalam pemgambilan keputusan.

kerja cerdAS, Tidak dipungkiri bahwa bisnis tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik saja tetapi juga mengandalkan otak, akal budi untuk berfikir. Wirausaha yang cerdas dalam menjalankan bisnisnya akan pandai memperhitungkan resiko bisnis, mampu melihat peluang usaha, dan dapat mencari solusi sehingga memperoleh keuntungan. Contoh: Sekarang ini banyak wirausaha ( termasuk agan-agan ) yang memanfaatkan teknlogi informasi dan komunikasi, menggunakan bahasa global (Inggris), pandai bernegosiasi, menerapkan konsep marketing untuk menunjang bisnisnya.

kerja kerAS, maksudnya bekerja dengan menggunakan sumber daya secara optimal, misalnya tenaga, pikiran, waktu, dan perasaan untuk meraih keinginannya. Contoh: kerja keras seorang guru yang setiap hari mengajar kemudian mengisi waktu luang sepulang mengajar dengan mengelola warung sembako dan warnet disamping rumahnya.

kerja tuntAS, kerja yang tidak setengah-setengah dan mampu mengorganisir usaha dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usahanya secara maksimal. Contoh: Seorang pebisnis online dapat mengorganisir usahanya dengan baik mulai dari membuat atau menyediakan produk yang dijual, menetapkan harga, membuat strategi promosi, mendistribusikan produk pesanan, kemungkinan kerugian sampai mendapatkan hasil yang memuaskan berupa laba.

“Harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan wirausaha yaitu adanya sikap positif di dalam usaha”

Sumber :

Senin, 03 September 2012

Ingin Konsumen Tetap Setia? Pakai Trik Ini

Menawar Baju
"A satisfied customer is the best business strategy of all." Michael L mengatakan saat pembukaan sebuah gerai di salah satu mal, tampak antrean yang sangat panjang. Banyak orang tertarik membeli produk yang ditawarkan.

Namun setelah beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian, ternyata gerai tersebut tidak lagi seramai saat pembukaan. Lama kelamaan ternyata semakin sepi dan ternyata banyak konsumen meninggalkan gerai tersebut dan beralih ke gerai lain. Apakah Anda pernah mendengar atau melihat tentang hal itu? Atau mungkin Anda pernah mengalaminya sendiri?

Saat pertama kali Anda membuka bisnis banyak orang tertarik, bahkan harus antre. Namun ternyata setelah berjalannya waktu, bukannya tambah ramai namun tambah sepi pengunjung. Mengapa hal itu bisa terjadi? Di sini ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengapa konsumen tidak bisa setia lagi dengan produk Anda:

1. Program Penawaran yang Tidak Direncanakan dengan Baik
Banyak para pengelola bisnis yang saat membuka usahanya berlomba-lomba memberikan penawaran menarik kepada konsumennya, di antaranya potongan harga, gratis produk-produk tertentu, cash back.

Strategi tersebut memang penting. Namun perlu diperhatikan, bahwa aktivitas-aktivitas tersebut janganlah hanya dilakukan saat pembukaan, usahakan melakukannya secara lebih rutin, tentunya dengan strategi perencanaan yang terukur.

Maka bisa dipastikan apa yang Anda lakukan bisa menghasilkan keuntungan yang optimal, baik bagi konsumen ataupun bagi bisnis Anda. Sayangnya, masih ada pebisnis yang membuat program–program penawaran tanpa membuat perencanaan yang tepat. Alhasil, terkesan asal-asalan. Maka tidak heran, jika di awal pembukaan terlihat banyak orang membeli produk/jasa Anda.

Namun, ternyata para pembeli itu hanya sekadar coba-coba atau penasaran semata. Setelah mereka tidak "penasaran", ternyata mereka tidak mau membeli lagi. Dan lebih disayangkan, ternyata akhirnya banyak dari konsumen yang kecewa dengan kualitas produk/jasa Anda, hingga akhirnya mereka beralih ke tempat lain, bahkan ke kompetitor.

2. Accessibility
Mungkin ada konsumen yang sebenarnya suka dengan produk atau jasa Anda. Akan tetapi, di kemudian hari ketika mereka ingin membeli atau mendapatkan produk/jasa Anda kembali, ternyata ditemukan berbagai kesulitan. Misalnya saja nomor telepon atau customer service-nya yang tidak bisa dihubungi. Atau, konsumen ternyata sulit mendapatkan pelayanan purna jual yang memadai.

Masalah lain yang bisa saja muncul adalah kemungkinan konsumen tidak mendapatkan respons saat menghubungi pusat pelayanan. Kalaupun ada respons, waktunya lama, bertele-tele, dan tidak praktis. Hal itu tentunya bisa membuat konsumen yang sibuk akan merasa terganggu karena menghabiskan waktu.

Jika tidak ditemukan kemudahan bagi konsumen saat menghubungi toko/gerai atau mendapatkan produk Anda, jangan salahkan konsumen jika mereka berpindah ke tempat lain, meskipun sebenarnya harga yang Anda tawarkan sedikit lebih murah. Ingat, masih ada perusahaan atau bisnis yang mengabaikan hal-hal sepertiini, malah ada yang menganggap sebagai permasalahan yang kecil.

Untuk itu, berhati-hatilah! Jika pebisnis sudah mengabaikan atau meremehkan hal-hal yang dianggap kecil, di kemudian hari akan menjadi masalah fatal. Bukan tidak mungkin bisa menjadi salah satu sumber penurunan pemasaran atau pendapatan perusahaan secara keseluruhan.

Berikut ini ada beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan seperti di atas:
  • Latihlah sumber daya manusia (SDM) di bidang costumer service dan para tenaga penjual dengan membuat sebuah standar operasional yang jelas, terstruktur,dan memberikan kemudahan bagi konsumen.
  • Usahakan menambah jumlah line telepon untuk pelayanan pelanggan, agar semakin cepat dalam menjawab permintaan ataupun permasalahan dari konsumen.
  • Bisa juga dengan menambahkan penggunaan mesin penjawab otomatis yang sudah dirancang memenuhi standar bagi perusahaan atau bisnis Anda. Ini bagus untuk membantu kepuasan pelanggan dalam mendapatkan jawaban ataupun pelayanan yang optimal.
Selain tips-tips di atas, masih ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan mengapa konsumen bisa tidak setia. Maka ikuti terus artikel Marketing Revolution berikutnya.

Sumber :

Selasa, 03 Juli 2012

Faktor Konsumen Membeli Produk

Dalam berwirausaha wirausahawan harus mengerti apa alasan konsumen membeli produk yang dia inginkan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sering disebut dengan istilah NAM (Need,  Authority and Money). Berikut pengertian dari ketiga hal tersebut.

N (Need) :  kebutuhan yang bisa dilayani
Dalam hal ini ada tipe konsumen A atau pelanggan mengenal produk dan tahu cara memenuhi kebutuhan. Kedua konsumen tipe B yaitu mengetahui produk tetapi tidak tahu cara memenuhi kebutuhan. Terakhir konsumen tipe C yaitu tidak kenal produk serta tidak mengetahui cara memenuhi kebutuhan. Konsumen tipe C inilah yang harus menjadi sasaran utama seorang wirausahawan.

A  (Authority) : wewenang untuk mengambil keputusan membeli
Pada faktor ini wirausahawan harus mencari tahu siapa yang berwenang untuk membeli produk. Karena ada dua macam kewenangan calon pelanggan,  antara lain :
  1. Calon pembeli mempunyai kebutuhan dan berhak membeli.
  2. Calon pembeli punya hak melakukan pembelian, tapi masih harus konsultasi dengan pihak atasan atau kerabat.

M  (Money) :   mempunyai uang untuk membeli
Perlu diketahui bahwa konsumen kaya, belum tentu mau membeli. Bila konsumen berkata tidak mampu, hal tersebut belum tentu benar seringkali karena belum yakin terhadap kebutuhan membelinya. Konsumen yang kemampuan finansial agak kurang, mungkin mempunyai kemauan kuat untuk membeli.

Gambar : Seorang ibu melihat-lihat jilbab yang akan dibeli

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw6ySjXncWJvBiEUZBoMc_Git3snW6_gkwLxTfxITsxCxNdPJzG4BhU79SHxgVk5QFlG6yDA98pKVbkJTdKNN5VTFJjzHF5gl9eZq200TNuYc568XZFnMZWZ6iIFaoyWretu8eJUm01ZD5/s1600/llo.jpg (image)

>> Add FB Admin