Tak hanya dalam cabang olahraga bulu tangkis, mungkin di semua cabang China akan selalu mendominasi. Kita tahu bahwa rekor kemenangan Indonesia di ajang piala Thomas sudah dilewati oleh China, bahkan mereka berpeluang untuk terus menciptakan rekor-rekor baru di semua cabang olah raga.
Tak beberapa lama di ajang Olimpiade London lalu, China sukses merebut posisi runner up dengan meraup 38 emas dibawah Amerika dengan 46 emas (maklumlah Amerika negara serikat). Seandainya Amerika bukan negara serikat mungkin saja China dapat menempati urutan pertama. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa China begitu superior di segala cabang olah raga? Apa rahasianya?
Seperti diakui perenang China yang sukses menyabet emas Olimpiade, Ye Shiwen, semua keberhasilan itu adalah buah dari latihan panjang dan kerja keras.
Latihan panjang itu bahkan bermula dari usia yang sangat dini. Belum lama ini beredar foto yang mengungkap latihan keras anak-anak kecil Cina untuk menjadi bintang dunia. Mereka dipaksa untuk berlatih keras sehingga menangis. Di dinding tempat latihan, terpampang tulisan 'Emas' yang menjadi tujuan utama mereka berlatih.
Latihan keras calon atlet China |
Tiap tahun sekolah merekrut sekitar 900 anak usia TK untuk dilatih. Para orangtua mereka pun pasrah mengikuti program latihan keras itu demi meraih prestasi.
Ye Shiwen tentu saja harus melakoni latihan keras serupa. Dia harus berenang setiap hari selama beberapa jam. Bahkan, di usia tujuh tahun, dia harus melakukan latihan-latihan yang untuk orang dewasa sekalipun terbilang berat. Dia hanya bisa beristirahat ketika kolam renang harus dibersihkan.
Tak hanya latihan, dia juga diharuskan punya standar kesopanan tertentu seperti ekspresi wajah datar, tampak sempurna di depan juri, dan tidak menunjukkan kelemahan atau rasa sakit. Satu-satunya keuntungan dia adalah makanan yang diperolehnya jauh lebih bergizi ketimbang remaja China lainnya.
Sayangnya, tuntutan demi prestasi itu kerap kali berujung pada kebohongan. Beberapa kali atlet China diketahui mengonsumsi suplemen terlarang demi meningkatkan performa. Akibatnya, medali emas yang mereka raih pun terpaksa dibatalkan.
Walaupun seperti itu gebrakan dan motivasi rakyat China untuk meraih prestasi patut kita acungi jempol. Tanpa berlatih keras Indonesia mungkin tak akan bisa mengalahkan dominasi mereka di cabang olah raga bulu tangkis seperti era Susi Susanti selamanya?
Wah-wah, latihan militer ala China ternyata mampu mendongkrak prestasi olahraga mereka. Mungkinkah Indonesia harus seperti itu? atau ada jalan lain yang lebih melindungi hak-hak anak.
Ye Shiwen tentu saja harus melakoni latihan keras serupa. Dia harus berenang setiap hari selama beberapa jam. Bahkan, di usia tujuh tahun, dia harus melakukan latihan-latihan yang untuk orang dewasa sekalipun terbilang berat. Dia hanya bisa beristirahat ketika kolam renang harus dibersihkan.
Tak hanya latihan, dia juga diharuskan punya standar kesopanan tertentu seperti ekspresi wajah datar, tampak sempurna di depan juri, dan tidak menunjukkan kelemahan atau rasa sakit. Satu-satunya keuntungan dia adalah makanan yang diperolehnya jauh lebih bergizi ketimbang remaja China lainnya.
Sayangnya, tuntutan demi prestasi itu kerap kali berujung pada kebohongan. Beberapa kali atlet China diketahui mengonsumsi suplemen terlarang demi meningkatkan performa. Akibatnya, medali emas yang mereka raih pun terpaksa dibatalkan.
Walaupun seperti itu gebrakan dan motivasi rakyat China untuk meraih prestasi patut kita acungi jempol. Tanpa berlatih keras Indonesia mungkin tak akan bisa mengalahkan dominasi mereka di cabang olah raga bulu tangkis seperti era Susi Susanti selamanya?
Wah-wah, latihan militer ala China ternyata mampu mendongkrak prestasi olahraga mereka. Mungkinkah Indonesia harus seperti itu? atau ada jalan lain yang lebih melindungi hak-hak anak.
Sumber :
analisis pribadi dan,
subhanallah ya... kebayang ga sih klo atlet kita latihan nya kaya mereka :D dan tentunya didukung juga oleh pemerintah dalam segala hal, pasti bisa juga nandingin kejayaan para atlet dari China :)
BalasHapusIya boleh tapi hendaknya dilatih dengan sabar, bukan dengan kekerasan yg mencederai mental anak.. ^^
Hapusduh baru tahu sampe nangis2, ngeri ah.
BalasHapus:( hu'um, kasihan masih TK udah dilatih kayak gitu..
HapusMasa kecilku hik-hik sakit banget jd trauma.
BalasHapusJangan pesismis, live must go on..
Hapus