Australian Moeslem Girls.. |
islampos.com—DI BENUA Kangguru, Islam menggeliat pelan namun pasti. Saat ini, Islam masih menjadi kelompok minoritas, mendudukki peringkat keempat setelah Kristen (64%), atheis (18,7%), dan Buddha (2,1%), tidak termasuk 11,2% yang tidak mau menjawab apa gerangan keyakinannya—berdasarkan sensus Australia tahun 2006. Diperkirakan saat ini, umat Muslim di Australia berjumlah sekitar 340.392 orang, atau hanya 1,71% dari total populasi Australia.
Bermula Dari Pedagang Muslim Makasan Dan Bugis
Meskipun kehadiran Islam di Australia sering dianggap hanya belakangan ini saja oleh penduduk Australia yang non-Muslim, Muslim Indonesia diyakini banyak yang memengaruhi perkembangan Islam di negeri ini. Selama beberapa abad ini, Muslim dari Indonesia melakukan transaksi jual beli dengan masyarakat Aborigin pesisir utara. Kesalahpahaman umum pada penduduk Australia non-Muslim bahwa Islam baru masuk ke Australia disebabkan oleh pengetahuan tentang Islam dan umat Islamnya sangat terbatas; hanya pada gelombang migrasi dari Timur Tengah dan Afrika Utara, Asia Tenggara, Balkan Eropa, sub benua India , dan terakhir dari Sub-Sahara Afrika.
Sebenarnya, gelombang migrasi itu sendiri tidak sepenuhnya selalu orang Islam. Bahkan, sebagian besar non-Muslim. Misalnya saja, sebagian besar penduduk Australia keturunan Libanon, kenyataannya orang Kristen, dan sebagian besar yang berasal dari benua India adalah Hindu, Kristen, atau Sikh, sementara dari Afrika adalah Kristen.
Kaum Muslim pertama di Australia adalah pedagang dari kelompok-kelompok etnis pribumi dari kepulauan di Indonesia. Pedagang Bugis dan Makasan dari Indonesia diyakini memiliki hubungan yang erat dengan orang-orang utara Australia, dan bahasa mereka memengaruhi suku Aborigin.
Pedagang Bugis dan Makasan dari Sulawesi telah mengunjungi pantai utara Australia selama ratusan tahun sebelum kedatangan orang Eropa di Australia, untuk berburu ikan teripang, yang merupakan obat kuliner dan mempunyai nilai jual tinggi dalam pasar Cina.
Dalam perjalanan mereka, orang Makasan meninggalkan jejak mereka dalam kehidupan orang-orang Australia utara—dalam bahasa, seni, ekonomi dan bahkan genetika keturunan, dan adat nenek moyang Australia yang sekarang ditemukan di kedua sisi Arafura dan Laut Banda.
Sebenarnya, gelombang migrasi itu sendiri tidak sepenuhnya selalu orang Islam. Bahkan, sebagian besar non-Muslim. Misalnya saja, sebagian besar penduduk Australia keturunan Libanon, kenyataannya orang Kristen, dan sebagian besar yang berasal dari benua India adalah Hindu, Kristen, atau Sikh, sementara dari Afrika adalah Kristen.
Kaum Muslim pertama di Australia adalah pedagang dari kelompok-kelompok etnis pribumi dari kepulauan di Indonesia. Pedagang Bugis dan Makasan dari Indonesia diyakini memiliki hubungan yang erat dengan orang-orang utara Australia, dan bahasa mereka memengaruhi suku Aborigin.
Pedagang Bugis dan Makasan dari Sulawesi telah mengunjungi pantai utara Australia selama ratusan tahun sebelum kedatangan orang Eropa di Australia, untuk berburu ikan teripang, yang merupakan obat kuliner dan mempunyai nilai jual tinggi dalam pasar Cina.
Dalam perjalanan mereka, orang Makasan meninggalkan jejak mereka dalam kehidupan orang-orang Australia utara—dalam bahasa, seni, ekonomi dan bahkan genetika keturunan, dan adat nenek moyang Australia yang sekarang ditemukan di kedua sisi Arafura dan Laut Banda.
Islam Di Australia Pada Abad 19 dan 20
Antara 1860 dan 1890-an banyak orang Asia Tengah datang ke Australia untuk bekerja sebagai pengendara unta—yang waktu itu digunakan sebagai kendaraan umum. Unta pertama kali diimpor ke Australia pada 1840, awalnya untuk menjelajahi daratan gersang.
Masjid pertama di Australia dibangun pada tahun 1882 di Marree di Australia selatan. Masjid Agung Adelaide dibangun pada tahun 1890 oleh keturunan para pengendara unta itu.
Pada awal abad kedua puluh, Muslim keturunan non-Eropa mengalami kesulitan untuk beremigrasi ke Australia karena kebijakan. Dikenal sebagai White Policy, politisi era itu mengklaim bahwa imigran non-kulit putih akan menyebabkan ketidakharmonisan sosial.
Namun, beberapa umat Islam masih berhasil datang ke Australia. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, Muslim Albania diterima bersama dengan Muslim Bosnia. Muslim Albania membangun masjid pertama di Victoria di Shepparton pada tahun 1960 dan masjid pertama di Melbourne pada tahun 1963. Muslim Bosnia menciptakan umat Islam dari latar belakang yang berbeda. Hal ini terjadi terutama pada tahun 1957 dan 1961.
Setelah Perang Dunia II, eskalasi kedatangan pengungsi Muslim ke Australia makin terbuka lebar. Antara 1967 dan 1971, sekitar 10.000 orang Turki tinggal di Australia di bawah perjanjian antara Australia dan Turki. Ini adalah komunitas Muslim pertama asal Timur Tengah di Australia. Hampir semua orang pergi ke Melbourne dan Sydney ketika itu
Dari tahun 1970-an dan seterusnya, ada pergeseran yang signifikan dalam sikap pemerintah terhadap imigrasi. Pemerintah Australia menjadi lebih akomodatif dan toleran terhadap perbedaan agama dengan mengadopsi kebijakan multikulturalisme.
Pada awal abad kedua puluh satu, Muslim dari lebih dari enam puluh negara telah menetap di Australia. Sementara jumlah yang sangat besar dari mereka berasal dari Turki, Bosnia, Lebanon, Indonesia, Iran, Fiji, Albania, Sudan, Mesir, Palestina, Irak, Afghanistan, Pakistan dan India.
Masjid pertama di Australia dibangun pada tahun 1882 di Marree di Australia selatan. Masjid Agung Adelaide dibangun pada tahun 1890 oleh keturunan para pengendara unta itu.
Pada awal abad kedua puluh, Muslim keturunan non-Eropa mengalami kesulitan untuk beremigrasi ke Australia karena kebijakan. Dikenal sebagai White Policy, politisi era itu mengklaim bahwa imigran non-kulit putih akan menyebabkan ketidakharmonisan sosial.
Namun, beberapa umat Islam masih berhasil datang ke Australia. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, Muslim Albania diterima bersama dengan Muslim Bosnia. Muslim Albania membangun masjid pertama di Victoria di Shepparton pada tahun 1960 dan masjid pertama di Melbourne pada tahun 1963. Muslim Bosnia menciptakan umat Islam dari latar belakang yang berbeda. Hal ini terjadi terutama pada tahun 1957 dan 1961.
Setelah Perang Dunia II, eskalasi kedatangan pengungsi Muslim ke Australia makin terbuka lebar. Antara 1967 dan 1971, sekitar 10.000 orang Turki tinggal di Australia di bawah perjanjian antara Australia dan Turki. Ini adalah komunitas Muslim pertama asal Timur Tengah di Australia. Hampir semua orang pergi ke Melbourne dan Sydney ketika itu
Dari tahun 1970-an dan seterusnya, ada pergeseran yang signifikan dalam sikap pemerintah terhadap imigrasi. Pemerintah Australia menjadi lebih akomodatif dan toleran terhadap perbedaan agama dengan mengadopsi kebijakan multikulturalisme.
Pada awal abad kedua puluh satu, Muslim dari lebih dari enam puluh negara telah menetap di Australia. Sementara jumlah yang sangat besar dari mereka berasal dari Turki, Bosnia, Lebanon, Indonesia, Iran, Fiji, Albania, Sudan, Mesir, Palestina, Irak, Afghanistan, Pakistan dan India.
Muslim Australia Saat Ini
Kontak Islam dengan penduduk Aborigin mungkin lebih tua daripada kontak dengan agama Kristen, yang memiliki dampak lebih mendalam. Pada 2003, masyarakat Muslim diperkirakan 1.000 orang. Perkembangan Islam di Australia juga selalu dihubungkan dengan beberapa negara Islam, khususnya Timur Tengah, misalnya melalui ekspor daging halal.
Dari ribuan siswa internasional yang belajar di Australia, banyak Muslim yang berasal dari negara-negara seperti Malaysia, Indonesia, India, Bangladesh dan Pakistan.
Sejak tragedi World Trade Center di New York, dan bom Bali, Islam di dalam masyarakat Australia telah menjadi subyek perdebatan publik. Sejumlah forum dan pertemuan digelar. Politikus dan media mengambil pendekatan yang kuat untuk mengatasi militan Islam di rumah dan di luar negeri.
Sebuah laporan 2004 menunjukkan bahwa banyak Muslim Australia merasa media Australia tidak adil, dan sering memfitnah komunitas mereka karena generalisasi terorisme dan penekanan pada kejahatan. Penggunaan label etnis atau agama dalam laporan berita tentang kejahatan itu diperkirakan menimbulkan ketegangan rasial yang cukup tajam. [sa/islampos/wikipedia/berbagai sumber]
Dari ribuan siswa internasional yang belajar di Australia, banyak Muslim yang berasal dari negara-negara seperti Malaysia, Indonesia, India, Bangladesh dan Pakistan.
Sejak tragedi World Trade Center di New York, dan bom Bali, Islam di dalam masyarakat Australia telah menjadi subyek perdebatan publik. Sejumlah forum dan pertemuan digelar. Politikus dan media mengambil pendekatan yang kuat untuk mengatasi militan Islam di rumah dan di luar negeri.
Sebuah laporan 2004 menunjukkan bahwa banyak Muslim Australia merasa media Australia tidak adil, dan sering memfitnah komunitas mereka karena generalisasi terorisme dan penekanan pada kejahatan. Penggunaan label etnis atau agama dalam laporan berita tentang kejahatan itu diperkirakan menimbulkan ketegangan rasial yang cukup tajam. [sa/islampos/wikipedia/berbagai sumber]
Sumber :
Ya ampun, kerennya... bangga seklali jadi orang indonesia :)
BalasHapusitu khimarnya unik bangett