Berteman dengan non muslim boleh tapi tidak terlalu akrab.. |
Pertanyaan:
Saya tinggal bersama seorang teman yang beragama Nasrani. Kadang ia berkata kepada saya: “Ya akhi (wahai saudaraku)“, atau berkata “Kita khan saudara“, kami juga makan dan minum bersama, apakah dibolehkan melakukannya?
Syaikh Abdul ‘Aziz Bin Baaz -rahimahullah- menjawab:
Orang kafir bukanlah saudaranya orang muslim. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sungguh orang mu’min itu bersaudara” (QS. Al Hujurat: 10)
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
المسلم أخو المسلم
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain“
Lebih lengkapnya:
"Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling memutuskan hubungan dan janganlah sebagian kamu menyerobot transaksi sebagian yang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, membiarkannya (tidak memberikan pertolongan kepadanya), mendustainya dan tidak boleh menghinakannya. Taqwa itu berada di sini, beliau menunjuk dadanya tiga kali. Cukuplah seorang (muslim) dianggap (melakukan) kejahatan karena melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas muslim lain haram darahnya, hartanya dan kehormatannya". (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
"Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling memutuskan hubungan dan janganlah sebagian kamu menyerobot transaksi sebagian yang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, membiarkannya (tidak memberikan pertolongan kepadanya), mendustainya dan tidak boleh menghinakannya. Taqwa itu berada di sini, beliau menunjuk dadanya tiga kali. Cukuplah seorang (muslim) dianggap (melakukan) kejahatan karena melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas muslim lain haram darahnya, hartanya dan kehormatannya". (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Maka yang saudara itu adalah sesama muslim, bukan orang kafir, baik dia Nasrani, Yahudi, penyembah berhala, Majusi atau pun Syi’ah. Dan seorang muslim tidak boleh menjadikan mereka sebagai sahabat karib. Namun bila sekedar makan bersama sesekali, atau secara kebetulan kalian bertemu ketika makan, atau kalian makan bersama dalam sebuah acara jamuan yang sifatnya umum, ini semua dibolehkan.
Adapun jika anda menjadikannya teman karib, teman yang sering jalan bersama, sering makan bersama, ini tidak dibolehkan. Karena Allah telah memutuskan tali cinta dan loyalitas antara kita dan mereka. Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja” (QS. Al Mumtahanah: 4)
Allah Ta’ala juga berfirman:
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يعني يحبون وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka” (QS. Al Mujaadalah: 22)
Kesimpulannya, seorang muslim wajib untuk berlepas diri dari orang-orang musyrik dan membenci mereka karena Allah. Namun, tidak boleh mengganggu mereka, meneror mereka, atau berbuat yang melebihi batas padahal anda tidak memiliki hak. Walau demikian, tetap tidak boleh menjadikan mereka teman karib atau orang yang sangat disayangi. Adapun jika secara kebetulan anda makan bersama dalam sebuah jamuan, atau secara kebetulan menonton sesuatu bersama, tanpa menganggap dia sebagai teman karib dan tanpa ada rasa loyal terhadapnya, hukumnya boleh.
Sumber:
http://farm3.static.flickr.com/2174/2214305849_d59d0871cf.jpg
saya sangat sangat sangat tidak setuju dan menentang pernyataan di atas, knp harus menukil fatwa bin baz yg justru bersebrangan dengan nabi? orang muslim memang bersaudara, artinya saudara seiman, orang non muslim juga saudara, artinya saudara sebangsa, sama2 dari rusuk yang sama.. satu keturunan nabi adam.. kita semua saudara.. pernyataan bin baz jelas2 pernyataan provokatif yg dapat merusak islam sendiri..
BalasHapuscoba difikir.. kalo Tuhan hanya meridoi orang islam saja, mengapa Dia menciptakan orang non islam? hikmahnya agar kita ini dapat menerima semua perbedaan, perbedaan keyakinan sekalipun..
saya ingin bercerita tentang Nabi.. Nabi Muhammad setiap pagi pergi ke pasar dan membawa bekal makanan berupa kurma dan roti untuk diberikan pada seorang Yahudi yang buta matanya lagi menjadi pengemis di pasar itu, setiap hari kerjaan orang yahudi itu adalah melecehkan nabi, dia selalu berkata "muhammad gila, muhammad tukang sihir", tapi karena sifat welas asih dan rasa persaudaraan nabi, nabi hanya diam saja mendengar ocehan kafir yahudi tersebut, malah beliau menyuapi org yahudi tersebut dgn penuh kelembutan seperti anak menyuapi ayahnya yg sudah tua..
tiba saat nabi wafat, abu bakar berkunjung ke rmh anaknya yg baru saja menjadi janda, yakni aisyah.. abu bakar bertanya "wahai anakku, amalan apa dr nabi yg belum aku praktekkan?", aisyah menjawab "wahai ayah, sesungguhnya rasulullah setiap pagi membawakan makanan untuk org yahudi buta yg biasanya mengemis di pasar". abu bakarpun meneruskan tugas nabi, suatu pagi abu bakar mengunjungi yahudi tersebut, betapa ţerkejutnya abu bakar mendengar ucapan yahudi yang menghina nabi, tapi abu bakar menahan emosi, yahudi itu berkata "kemana saja kau beberapa hari tidak kesini?" abu bakarpun diam lalu memberikan bekal makanan yg telah dibawanya kpd org yahudi, yahudi itu berkata lagi "hai kau siapa? kau bukan org yg biasanya datang kemari, kan? kalau org yg biasanya datang kemari itu sangat sopan sekali, menyuapiku dgn penuh kelembutan, sebelum memasukkan ke mulutku dia melembutkan ţerlebih dahulu sehingga aku mudah mengunyahnya, kau siapa?" abu bakar menjawab "kau ingin tau siapa yang setiap hari menyuapimu dgn penuh kelembutan itu? dia adalah muhammad, rasulullah, orang yang setiap hari kau caci maki", pengemis yahudi buta tersebut langsung tersungkur dan berteriak, lalu bersyahadat di hadapan abu bakar, lalu meninggal dunia...
pantaskah kita umat nabi masih membeda-bedakan agama orang lain?
Mengenai Syaikh Abdul ‘Aziz Bin Baaz yg bersebrangan dgn Nabi saya kurang tahu, namun fatwa beliau memang mengambil dari Al-Qur'an..
HapusIya, memang benar Islam menerima perbedaan agama lain selagi mereka tidak mengganggu agama Islam,
Mengenai cerita di atas Alhamdulillah saya juga pernah post beberapa bulan lalu >> Kisah Nabi Muhammad dan Pengemis Buta
Masih banyak ayat2 di Al-Qur'an kalau menyatakan kita tak boleh bergaul akrab dengan non muslim, termasuk surat Al-Hujurat di atas sudah jelas bahwa hanya sesama mukmin yg pantas kita anggap saudara..
Terima kasih atas komentarnya ^^
itu dia masalahnya, banyak orang yang asal comot dari alquran dan hadis, ini bukan masalah rujukannya.. pegangan umat islam memang al-Quran dan hadis, tetapi kebanyakan dari mereka menjadikan alquran dan hadis sebagai kendaraan untuk memuaskan nafsu berfikirnya yang sejatinya "ngawur", kenapa saya bilang ngawur? karena teks dan kontekstualnya tidak tepat.. saya kemaren tertawa terpingkal-pingkal melihat berita di tivi one sekaligus melaknat mereka, ada sarang teroris yang merampok uang bank dan menjarah toko emas yang jluntrungnya hasil perampokan itu digunakan untuk mengebom gereja, mereka mengambil dalil dari alquran dan hadis tentang "FAI" yakni harta orang kafir boleh diambil, wah ini jelas salah konsep, mereka gak tau sejarah fai bagaimana dan tidak mengkaji secara mendalam tentang fai, alquran dan hadis tidak pernah salah, tapi mereka yang terlalu bodoh ketika mengambil rujukan.. yang lebih konyol lagi, para teroris seenaknya saja ngebom sana ngebom sini neror sana neror sini, ketika mereka ditanya jawabannya rujukannya dari alquran dan hadis.. konyol bukan? seenaknya saja orang bermain-main dengan hukum Tuhan..
Hapussaya berharap mas wahyu lebih teliti lagi mengambil rujukan fatwa, karna tidak semua fatwa yang beredar di internet ataupun buku adalah fatwa yang sesuai dengan ideal moral alquran dan hadis
*keep smile :)
dan menurut saya, boleh kok bergaul akrab dengan orang non muslim.. bapak saya muslim yang insya Allah taat seperti yang saya lihat sehari-hari, memberikan pengajian kitab kuning juga kepada santri2, tapi bapak saya punya teman akrab seorang pendeta, dia sering datang ke rumah, makan bareng, jalan2 bareng, saling tukar kado saat natal atau hari raya ied, dan bapak saya selalu menganggap "agama apapun sama saja, yang penting komitmen kita untuk taat pada pilihan kita".. ini yang selalu saya ingat, jadi saya selalu beranggapan bahwa kita ini sama2 makhluk Tuhan, tidak ada perbedaan yang berarti, kita tidak lebih baik dari mereka..
Hapusmaaf ya mas komennya kepanjangan, soalnya saya suka gemes kalo ada fatwa yang kayak begini.. apalagi fatwa dari ulama wahabi ini..
Oh, gakpapa kok Ukhti Ukhwah saran dan kritikan terbuka lebar.. ^^
Hapussara rasa kita sedikit berbeda pendapat tentang masalah ini, tapi its OK, tak masalah..
saya kurang tahu kalau Syaikh Abdul ‘Aziz Bin Baaz itu wahabi atau penganut aliran2 tertentu, saya ambil topik ini karena sesuai yg saya dapat dari kajian tafsir, jika memang salah maka datangnya dari diri sendiri.. betul memang semua bacaan di internet perlu dikaji dan tidak diterima secara mentah..
saya juga tidak setuju tentang perampok yg mengebom gereja itu..
terima kasih atas keterangannya.. ^^V
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMencampur Adukkan Antara Loyalitas Dan Toleransi Al-Ustadz da'i Sayyid Quthub Rahimahullah menjelasakan:
BalasHapus"Sesungguhnya toleransi Islam bersama Ahlul Kitab merupakan satu sisi dan menjadikan mereka sebagai kekasih adalah sisi lain lagi. Namun kedua hal ini, terkadang masih kabur bagi sebagian kaum muslilim yang jiwanya tidak jelas melihat secara sempurna tentang hakikat agama dan tugasnya. Gambarannya sebagai pergerakan manhaj realistis mengarah kepada perkembangan yang terjadi di muka bumi ini, sejalan dengan gambaran Islam yang tabi'atnya berbeda dengan segenap gambaran yang diketahui oleh manusia. Dari sini gambaran-gambaran dan aturan-aturan yang menyelisihi sebagaimana bertolak belakang pula dengan syahwat manusia, penyimpangan dan kefasikan mereka dari manhaj Allah. Dan masuklah ia ke dalam medan laga. Tiada alasan lagi, dia harus mengembangkan realita baru yang dia inginkan dan akan terjadi pergerakan positif yang berkembang.
Orang-orang yang masih kabur tentang hakekat kebenaran, nilai hakikat akidah mereka berkurang menurut perasaan yang bersih. Sebagaimana IQ yang cerdas menunjukkan berkurangannya pengatahuan mereka tentang tabi'at perlagaan ini dan tabi'at sikap ahlul kitab tentangnya. Mereka melupakan pengarahan-pengarahan Al-Qur'an yang jelas gamblang tentang masalah ini, sehingga mereka mencampuradukkan antar seruan Islam kepada sikap toleransi dalam bermuamalah dengan ahlul kitab, berbuat baik kepada mereka dalam masyarakat muslim yang mereka tempati dan menunaikan hak-hak mereka, dengan sikap loyalitas yang tidak boleh diberikan kecuali kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum muslimin. Mereka melupakan apa yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an, bahwa ahlul kitab sebagiannya adalah pembela atas sebagian yang lain dalam memerangi kaum muslimin, hal ini adalah watak yang melekat pada mereka, mereka marah kepada seorang muslim karena keislamannya, mereka tidak akan ridlo kepada muslimin kecuali bila dia meninggalkan agamanya dan mengikuti agama mereka, mereka senantiasa memerangi Islam dan kaum muslimin, dan mereka telah menampakkan kebenciannya lewat mulut-mulut mereka sementara apa yang mereka sembunyikan dalam hati lebih besar lagi dan seterusnya dari ketetapan-ketetapan yang tegas ini.
Sesungguuhnya seorang muslim dituntut untuk bersikap toleran terhadap ahlul kitab, namun dia dilarang menunjukkan sikap loyalitas kepada mereka dalam artian saling membela dan bersahabat karib dengan mereka. Sesungguhnya cara dia untuk memantapkan agamanya dan merealisasikan aturan-aturannya tidak mungkin sejalan dengan cara ahlul kitab, walaupun mereka menampakkan sikap toleransi dan loyalitas namun sikap ini tidak sampai pada keridloan mereka supaya dia tetap pada agamanya dan realisasi aturannya, dan tidak akan cukup buat mereka loyalitas sebagian atas sebagian yang lain untuk memerangi dan menipunya. Sungguh merupakan puncak kedunguan dan kelengahan bila kita mengira, bahwa kita dan mereka dapat sejalan dan bergandengan tangan untuk memantapkan agama ini dihadapan orang-orang kafir dan atheis, bila perlagaannya bersama muslim
Setuju sekali dengan komentar panjang Ukhti Indah, kita memang tak bisa sejalan dengan ahlul kitab..
Hapusterima kasih atas komentarnya.. ^^
maaf tapi saya agak tidak setuju :|
BalasHapuskeluarga saya ada yg NON muslim, dan di tempat saya tinggal juga bertetangga dgn NON muslim.
teman saya pun NON muslim dan mereka sangat menghargai saya dan agama saya..
Sama tetangga saya juga non muslim, teman saya juga non muslim.. saya juga mengahargai mereka dan mereka menghargai saya, saya juga pernah meminta bantuan kepada mereka tapi sebisa munngkin meminta bantuan kepada yg mukmin..
Hapusmakasih ^^
Good entry..
BalasHapusYou're welcome ^^
HapusTidak ada paksaan dlm Islam, hargai hormati ramah dan berbuat baik pada mereka dlm urusan duniawi saja tapi akhirat TIDAK. dengan demikian mudah2-an mereka tertarik dengan kepribadian kita sbg muslim syukur alhamdulillah jika sampai berhasil mengajak mereka memeluk Islam. Maaf aku tak suka pruralisme.
BalasHapusSetuju sekali sama pendapatnya, saya juga tak suka pluralisme.. ^^
HapusSalam Wahyu.. Nurul bukanlah seorang yang ahli dalam agama, membaca entry Wahyu yang ini, membuat sedikit hati Nurul terguris mungkin disebabkan kekurangan ilmu agama ditambah pula Nurul convert islam dan family/siblings lainnya masih dlm kristian.. dan meskipun kami berlainan agama namun kami tetap amat akrab, saling mempercaya dan tolong menolong selayaknya adik beradik.
BalasHapusTak ada larangan berpunye sibling non muslim..
Hapusboleh kita tetap menghargai agama mereka dan kita penuhi hak-hak mereka sebagai family..
Thanks Ukhti Nurul..
Nurul Faham itu .. cume masih terasa sedih dgn keadaan itu :
Hapus--->Kesimpulannya, seorang muslim wajib untuk berlepas diri dari orang-orang musyrik dan membenci mereka karena Allah. Namun, tidak boleh mengganggu mereka, meneror mereka, atau berbuat yang melebihi batas padahal anda tidak memiliki hak. Walau demikian, tetap tidak boleh menjadikan mereka teman karib atau orang yang sangat disayangi. Adapun jika secara kebetulan anda makan bersama dalam sebuah jamuan, atau secara kebetulan menonton sesuatu bersama, tanpa menganggap dia sebagai teman karib dan tanpa ada rasa loyal terhadapnya, hukumnya boleh.<----
Semoga Allah memberi hidayah, membuka pintu hati mereka sebelum waktunya terlambat. Aamiin..
Wah, betul sangat Ukhti Nurul, saya setuju dengan komentarnya..
HapusAamiiiiin...
terima kasih ^^
Kayaknya disini terjadi perbedaan yg berseberangan mungkin perlu diluruskan tidak boleh akrab dlm hal apa dan boleh akrab dlm hal apa. dalam hal ini setuju dengan komentar Huda.
BalasHapusBoleh sekali pendapatnya, terima kasih atas komentarnya.. ^^
Hapusya ampuun, daku lihat komennya pada gimana gitu.
BalasHapusIMHO, ini bukan tentang qt tak menghargai nonmuslim. no problem punya teman atau siapa kek yg nonmuslim. tp memang dalam Al-Qur'an said jgn jadikan teman akrab. and maybe teman akrab yg dimaksudkan di sini bukan sprti yg qt bayangkan. ad sisi lain...
yg paling penting adlah, qt percaya bhwa 'Innaddi na 'indallahil Islam'
#sori panjang lebar
:D
Saya sangat setuju dengan pendapat Ukhti Leni ini ^^, kadang kita berbeda menyikapi sesuatu hal, namun tak perlulah diperdebatkan..
HapusMakasih.. ^^