Carilah bekal sebelum dijemput ajal |
Di sebuah kota, tinggallah pria kaya raya yang hidup ditemani seorang pelayan bodoh. Dia hidup dengan nyaman dan berbalut kemewahan. Suatu hari, dia memberikan sebuah benda kepada pelayannya dengan sebuah syarat.
“Simpanlah ini di tempat yang aman sampai kamu menemukan seseorang yang lebih bodoh dari dirimu sendiri. Ketika kamu menemukannya, berikan kepadanya, " kata pria kaya.
“Baik, Pak!” jawab pelayan.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Hingga akhirnya, pria kaya itu terserang penyakit parah. Banyak dokter yang berusaha membantunya, tetapi semuanya lepas tangan. Tanda-tanda kesembuhan seakan sirna. Pria itu menyadari, mungkin umurnya tidak panjang lagi. Melihat keadaannya, pria tersebut memanggil pelayannya dan terjadilah sebuah dialog.
“Saya akan segera ‘pergi’. Jika saya telah membuatmu bersedih untuk hal apapun, tolong maafkan saya,” ucap pria itu.
“Pak, ke mana Anda pergi?” tanya pelayan.
“(Ke tempat) di mana semua orang harus ‘pergi’.”
“Kapan Anda akan kembali?”
“Saya pergi ke tempat yang tidak mungkin bisa kembali.”
“Saya paham. Apakah Anda membuat persiapan untuk kenyamanan Anda di sana, Pak?”
“Tidak.”
“Pak, apakah Anda membuat tempat tinggal untuk melindungi diri dari panas dan dingin?”
“Tidak.”
“Apa Anda telah menyiapkan makanan dan minuman, Pak?”
“Tidak ada.”
Tiba-tiba pelayan itu tertawa. Dia heran dengan ucapan majikannya karena merasa aneh. Pria kaya tersebut juga tampak bingung dengan sikap pelayannya. Namun, sang pelayan melanjutkan pembicaraan.
“Pak, ini sangat mengejutkan. Di dalam rumah sementara Anda (di dunia), Anda menyiapkan segala macam kegembiraan dan kenyamanan, bangunan dan bungalow, kebun dan taman, pelayan dan pembantu, mobil indah, toko, pabrik, dan segala macam bentuk kemewahan. Tapi untuk rumah abadi Anda (di akhirat), Anda tidak melakukan persiapan apapun. Sekarang katakan Pak! Di manakah saya bisa menemukan orang yang sangat bodoh selain Anda (sendiri)? Oleh karena itu, saya berikan benda ini kepada Anda,” ujar pelayan tersebut sembari menyerahkan benda yang telah diberikan tuannya di masa lalu.
Sudahkah kita mempersiapkan diri menuju tempat keabadian?
“Simpanlah ini di tempat yang aman sampai kamu menemukan seseorang yang lebih bodoh dari dirimu sendiri. Ketika kamu menemukannya, berikan kepadanya, " kata pria kaya.
“Baik, Pak!” jawab pelayan.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Hingga akhirnya, pria kaya itu terserang penyakit parah. Banyak dokter yang berusaha membantunya, tetapi semuanya lepas tangan. Tanda-tanda kesembuhan seakan sirna. Pria itu menyadari, mungkin umurnya tidak panjang lagi. Melihat keadaannya, pria tersebut memanggil pelayannya dan terjadilah sebuah dialog.
“Saya akan segera ‘pergi’. Jika saya telah membuatmu bersedih untuk hal apapun, tolong maafkan saya,” ucap pria itu.
“Pak, ke mana Anda pergi?” tanya pelayan.
“(Ke tempat) di mana semua orang harus ‘pergi’.”
“Kapan Anda akan kembali?”
“Saya pergi ke tempat yang tidak mungkin bisa kembali.”
“Saya paham. Apakah Anda membuat persiapan untuk kenyamanan Anda di sana, Pak?”
“Tidak.”
“Pak, apakah Anda membuat tempat tinggal untuk melindungi diri dari panas dan dingin?”
“Tidak.”
“Apa Anda telah menyiapkan makanan dan minuman, Pak?”
“Tidak ada.”
Tiba-tiba pelayan itu tertawa. Dia heran dengan ucapan majikannya karena merasa aneh. Pria kaya tersebut juga tampak bingung dengan sikap pelayannya. Namun, sang pelayan melanjutkan pembicaraan.
“Pak, ini sangat mengejutkan. Di dalam rumah sementara Anda (di dunia), Anda menyiapkan segala macam kegembiraan dan kenyamanan, bangunan dan bungalow, kebun dan taman, pelayan dan pembantu, mobil indah, toko, pabrik, dan segala macam bentuk kemewahan. Tapi untuk rumah abadi Anda (di akhirat), Anda tidak melakukan persiapan apapun. Sekarang katakan Pak! Di manakah saya bisa menemukan orang yang sangat bodoh selain Anda (sendiri)? Oleh karena itu, saya berikan benda ini kepada Anda,” ujar pelayan tersebut sembari menyerahkan benda yang telah diberikan tuannya di masa lalu.
Sudahkah kita mempersiapkan diri menuju tempat keabadian?
Sumber:
http://muslimdaily.net/artikel/ringan/lebih-bodoh-sang-majikan-atau-pelayannya.html#.UWkjjVLIgdg
hahah...artikelnya menarik, sebuah renungan buat saya. mksh
BalasHapusSama2 Ukhti Indah.. ^^
Hapusoh
BalasHapusaku sempat pangling
ternyata itu mirip aku
Iya sob, terkadang kita tak sadar telah mengejar harta dunia aja.. :(
Hapusbelum... :(
BalasHapusMulai sekarang ya sob ^^
Hapushmm,,,bner juga yaa
BalasHapusIya sob, saling mengingatkan aja ^^
Hapusmmmmm
BalasHapusyyyyy
HapusKisah yang baik untuk menjadi bahan perenungan... kita suka terlena dengan kehidupan dunia yang sementara dan malah mengabaikan kehidupan yang abadi. Bagus sobat, nice share ^_^)b
BalasHapusBener sekali Ukhti saya setuju dengan pendapatnya.. ^^
HapusSama2.. :)
Berkunjung lagi and say, I'm done follow, maaf ya sobat telat ^^
HapusKeep ukhuwah,,
Wah makasih ya sudah ingat.. hehe ^^
HapusSebuah renungan yang harus aku renungkan.
BalasHapusInsya Allah saya siap menuju tempat keabadian..
Aamiiiin... semoga kita diingatkan selalu akan hal ini ^^
HapusWhat a nice story x)
BalasHapusBiarlah dia bodoh di dunia pun atleast dia ada buat persiapan utk di akhirat.
Thanks for visiting my blog, Im Malaysian. Nice to meet you.
Glad to know you too.. ^^
HapusBetul, biar bodo asalkan rajin beribadah tak mengapa..
Satu kisah yang diakhiri dengan sindiran yg maha tajam...
BalasHapusIya, peringatan buat kita semua..
HapusBeramal bisa membangun peristirahatan disurga.
BalasHapusIya makasih mas atas wejangannya.. ^^
Hapus