Bulan yang suci telah berakhir beberapa hari yang lalu, begitu banyak pintu-pintu pahala yang Allah bukakan kepada kita pada bulan itu. Btw, amalan apa saja yang antum lakukan pada bulan ramadhan? Bagaimana dengan sekarang, apakah antum masih melakukan ibadah-ibadah itu setelah ramadhan? Nah, berhubungan dengan hal ini kita perlu menarik pendapat ulama' tentang amalan-amalan yang dicintai Allah.
Yang satu ini boleh dirutinkan.. ^^ |
Pada bulan ramadhan sering jumpai masjid-masjid penuh sesak para jama'ah yang sedang mengikuti shalat tarawih. Tentu lebih mudah mencari makmum daripada imam bukan? Bandingkan dengan setelah ramadhan, tentu lebih sulit mencari makmum daripada imam sholat. Padahal shalat tarawih itu hukumnya sunnah, sedangkan shalat-shalat fardhu (wajib) yang lebih utama dikerjakan di masjid pada hari-hari biasa banyak yang enggan melaksanakannya.
Sesungguhnya kalau kita menilik pendapat ulama' dan hadits Nabi tentu kita akan tahu bahwa amalan yang paling disukai Allah adalah amalan yang rutin/ kontinu/ ajeg tidak hanya di bulan ramadhan saja.
Para ulama kadang mengatakan, “Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”. Ibadah bukan hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, Rajab atau Sya’ban saja. Sebaik-baik ibadah adalah yang dilakukan sepanjang tahun.
Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy yang rajin ibadah di setiap bulan, sepanjang tahun dan jangan hanya beribadah pada bulan Sya’ban saja. Kami kami juga dapat mengatakan, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Romadhoniyyin.” Maksudnya, beribadahlah secara kontinu (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya beribadah pada bulan Ramadhan saja. Lihat Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 396-400, Daar Ibnu Katsir, cetakan kelima, 1420 H [Tahqiq: Yasin Muhammad As Sawaas]
Di antaranya lagi Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam contohkan dalam amalan shalat malam. Pada amalan yang satu ini, beliau menganjurkan agar mencoba untuk merutinkannya. Dari ’Aisyah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ
”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” [HR. Muslim no. 782]
يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ
”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” [HR. Muslim no. 782]
Nah, sudah jelas bukan? Kalau kita beramal baik itu lebih baik sedikit tapi ajeg/ rutin, dari pada berbanyak-banyak tapi cuman sehari lalu hari berikutnya sudah malas. Selain itu ada juga keutamaan melakukan amalan yang rutin. Saya pernah mendengar ceramah ustad kalau orang yang masih mudanya itu sering bersedekah (infaq) misalnya setiap hari juma't lalu pada waktu tua dia sudah pikun dan tak ingat lagi akan amalannya itu tetap saja diberi pahala oleh Allah yang besarnya sebagaimana ia lakukan pada waktu muda. Subhanallah, hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang satu ini.
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seseorang sakit atau melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika mukim (tidak bepergian) dan dalam keadaan sehat.” [HR. Bukhari no. 2996]
“Jika seseorang sakit atau melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika mukim (tidak bepergian) dan dalam keadaan sehat.” [HR. Bukhari no. 2996]
Hadits di atas maksudnya apabila seseorang meninggalkan amalan sholih yang biasa dia rutinkan karena alasan sakit/ sudah tidak mampu lagi melakukannya/ dalam keadaan bersafar atau udzur syar’i lainnya maka dia akan tetap memperoleh ganjarannya.
Jadi sobat muslim, marilah kita rutinkan amalan-amalan baik kita tidak hanya di bulan ramadhan saja. Bagi yang suka tadarrus Qur'an mari kita rutinkan, bagi yang suka shalat malam kita rutinkan, bagi yang suka puasa sunnah kita rutinkan pula setelah ramadhan dan amalan-amalan lain sebagainya. ^^
Sumber;
wah...
BalasHapusmantap, bermanfaat sob...
emang melaksanakan yg rutinnya itu yg sulit...
tetapi justru karena sulit itu maka pahalanya besar yah...
Terima kasih sobat ^^
Hapuskalau dibiasakan pasti bisa,
iya dong,mari berusaha, saya juga InsyaAllah
semoga kita bisa mengamalkan kembali ya mas...
BalasHapusrutinas ibadah yang satu bulan kemarin kita jalani
terima ksh sdh mengingatkan :)
@Budi Os : iya Mas, makasih doanya ya ^^ saya juga berusha!
Hapus@Maya : Aamiiiiiiiiin juga
mudah"an kita bisa membiasakan amalan pada bulan ramadhan kita lakukan n biasakan pada bulan-bulan setelah ramadhan
BalasHapusIya Ukhti Maya, makasih doanya ya...
HapusAamiiiiiiin
urmm.... jadi malu membaca posting ini, sepertinya terkena ke batang hidung sendiri huhu
BalasHapusBetul ke? semoga saya juga samelah..
Hapusurmm... Nurul sendiri merasakan pada diri Nurul, Bulan Ramadhan mmg lebih sedikit amalnya dari bulan lain.. huhu.. Semoga Allah menerima segala Amal kita ya.
HapusAamiiiiin, makasih doanya ya ^^
BalasHapussampai sekarang masih belum, saya coba tapi gak janji, makasih banyak nasehatnya..