Sabtu, 17 Agustus 2013

Patah Hati

Assalamualaikum sobat nomor2,
Sepertinya remaja jaman sekarang lebih mudah patah hati. Lihat saja status Fb atau semacamnya yang kebanyakan bermuram durja. ABG (Anak Baru Gedhe) yang sedang jatuh cinta kadang-kadang tidak bisa mengkontrol gejolak cintanya yang baru tumbuh. Akhinya mereka meluapkan emosi dengan spontan seperti menangis, bolos sekolah atau malah tindakan-tindakan yang membahayakan diri mereka sendiri.

Wajarlah kalau pikiran mereka masih labil. Tetapi bagi kita atau orang dewasa terdekat, harus bisa membimbing langkah mereka agari tidak salah jalan. Sebagai contoh adik saya adalah seorang mahasiswa magang sebagai guru BK (Bimbingan Konseling) di salah satu SMP. Kebetulan dia mendapati tempat magang dengan murid yang banyak sekali masalah. Suatu ketika dia mendapati siswinya yang kecewa berat karena habis diputus oleh pacarnya, dia menangis histeris sampai menggores urat nadi tangannya. Ckckck.. Sampai pihak sekolah memanggil ambulans dan membawanya ke Rumah Sakit. Itu hanya segelintir contoh yang dapat saya sebutkan, masih banyak berita ABG siswi yang bertingkah lebih ekstrim lagi. Ada yang memutuskan gantung diri, ada pula yang mencoba meminum cairan pembersih. Sungguh ironis memang, tugas mereka yang seharusnya masih belajar malah salah arah dan merugikan diri sendiri.

Jangan sampai kayak gini yachh..
Semua kejadian itu bermula dari patah hati. Kita boleh saja menyukai seseorang di dalam hati, tapi juga harus hati-hati. Jatuh cinta kepada seseorang kalau menurut syar'i itu tidak boleh diluapkan dengan pacaran. “Sebuah ungkapan jangan ‘beli kucing dalam karung’ nampaknya menjadi alasan klasik.” (PIA: 33) Dalam prasangka sebagian penghujat, “alasan inilah yang paling banyak diakui oleh teman remaja yang pacaran. … Padahal, kayaknya cuma akal bulus deh.” (JNC: 68) Akal bulus? Tidak bolehkah kita berikhtiar untuk lebih mengenal calon pasangan hidup?

“Bohoong! Bohong banget kalau orang yang pacaran itu makin mengenal satu sama lain. Kalaupun iya, paling juga kenal luarnya doang.” (KHP: 117) Mereka mendakwa, “pacaran adalah saat-saat paling munafik dalam kehidupan seseorang.” (PIA: 34) “Kita lihat kan, berapa banyak orang pacaran dengan dalih ‘mengenal’ sebelum menikah, toh saat menikah mereka juga malah pada berantem terus. Hihihi… abis gimana? … abis nikah kebuka semua sih, sifat aslinya.” (KHP: 117-118) Ya. Itu bisa saja terjadi. Namun, untuk adilnya, kita harus melihat juga, berapa banyak orang ‘pacaran islami’ dan kemudian setelah menikah menjadi sangat rukun (jarang berantem), karena sudah saling kenal sebelum menikah. Abis, pada waktu ‘pacaran islami’ itu, sudah kebuka semua sih, sifat aslinya yang mendasar (kendati sifat-sifat lain yang tidak fundamental belum terkuak).

“Standar mengenal juga nggak bisa dipastikan.” Maka, menurut sebagian penghujat, “yang menjadi masalah sebenarnya bukan seberapa lama mereka ‘mencoba mengenal’, namun seberapa siap seorang laki-laki dan perempuan untuk memahami dan bertanggung jawab dalam bingkai sebuah hubungan yang dihalalkan. Bukan begitu?” (KHP: 120-121) Bukan! Argumentasi tersebut tampak sesat-pikir lantaran ‘dilema yang keliru’. (Lihat JSP: 43.) Mengapa keliru, berikut ini penjelasan saya.

Bagi orang yang merasa belum siap nikah, pacaran itu bisa menciptakan rasa saling-kenal, sehingga ia menjadi merasa siap untuk meresmikan hubungan. Sementara itu, bila kita tanpa pacaran sudah bisa merasa siap untuk memikul tanggung jawab dalam pernikahan, itu antara lain karena ada rasa saling-kenal yang mendasarinya, meskipun sedikit. Rasa saling-kenal tambahan (yang tumbuh dari pacaran, misalnya) dapat membuat kita lebih merasa siap untuk menikah.

Rasa mengenal itu lebih kita butuhkan daripada pengetahuan tentang si dia. Jika kita tahu banyak, tetapi belum merasa cukup-mengenal, maka banyaknya pengetahuan itu kurang memberi kita dorongan. Tapi, jika kita merasa cukup-mengenal, maka itu sudah dapat mendorong kita untuk merasa siap untuk menikah, walau menurut ‘standar orang-orang’ pengetahuan kita tentang si dia tidak banyak. Karena itu, tidak jelasnya standar mengenal tidak menjadi masalah.

Bagaimana kalau dalam rangka mendorong pacar agar dia semakin merasa ‘siap’ kita gunakan rayuan? Kita pakai kata-kata manis seperti: ‘Bulan madu ke awan biru, akan kugendong rembulan, kukantongi bintang-bintang. Kalau tak percaya, belahlah dadaku.’?

Lantas, bagaimana sebaiknya sikap kita menghadapi begitu banyaknya penyimpangan di dunia pacaran? Kita dapat belajar dari sebuah hadits shahih bahwa “Ilmu [agama] ini diemban dalam setiap generasi belakangan oleh orang-orang adil yang menyingkirkan penyimpangan orang-orang yang berlebihan, pemalsuan orang-orang yang suka berbuat bathil, dan pentakwilan orang-orang bodoh.” (HR al-Baihaqi)

Dalam belajar ini, kita dapat mencontoh sebuah model solusi yang telah dijalankan oleh Hamka. Melihat banyaknya penyimpangan yang serius di dunia ‘tasauf’ yang menjurus syirik, yang dosanya mungkin jauh lebih besar daripada dosa zina yang terdapat pada ‘pacaran pada umumnya’, ulama kita ini tidak serta-merta mengharamkan segala bentuk ‘tasauf’. Dengan mengetengahkan konsep ‘Tasauf Modern’, Hamka bertekad, “Kita tegakkan kembali maksud semula dari tasauf.” (TM: 17)

Oleh sebab-sebab itu, strategi yang kita pilih adalah islamisasi, meluruskan aneka penyimpangan, mengambil yang haq dan menyingkirkan yang bathil (tidak mencampur-adukkan antara keduanya), merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Langkah islamisasi seperti ini dapat dibenarkan oleh syari’at. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian dua pegangan, sehingga kalian tidak akan tersesat selama berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah [Al-Qur’an] dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR Malik dan Hakim)

So sobat nomor2, bekali orang-orang terdekat kita dengan ajaran agama. Jangan sampai pikiran mereka terkontaminasi dengan lingkungan sekitar, lingkungan dumay dan tayangan tv yang tidak bermanfaat. Marilah kita pelajari pedoman hidup kita Al-Qur'an dengan semampu kita. Niscaya akan ada manfaat yang kita peroleh di dunia maupun akhirat.

NB*
Singkatan KHP, PIA JNC dan PCKI lihat buku :
  •     Robi’ah Al-Adawiyah, Kenapa Harus Pacaran?! (DAR! Mizan)
  •     Abu Al-Ghifari, Pacaran yang Islami Adakah? (Mujahid Press)
  •     Oleh Solihin dan Iwan Januar, Jangan Nodai Cinta (Gema Insani Press)
  •     Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran dalam Kacamata Islam (Media Da’wah)
Sumber:
Comments
32 Comments

32 komentar:

  1. Wah2 kejadian tertentu kadang bisa keduanya stres : cewek stres patah hati krn diputus atau ditolak sedangkan cowoknya stres bingung menghadapinya mau menolak malah disalahkan semua orang krn bikin dia nangis apalagi kalo sampai mau bunuh diri jadi serba salah (bisa jg sebaliknya). kalau aku dulu menolaknya kubilang utk temenan aja sebab masih kecil ee.. malah dikejar jd pilih kabur aja. Gambarnya keren buatnya gimana ya? apa perlu disayat dulu perih...tuh!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, seiring berjalannya waktu kita bertambah dewasa dan mengerti kesalahan yg telah lalu..
      Ya, itu ulah seseorang di fb

      Hapus
  2. Patah hati hanya dimiliki oleh orang-orang yg berpacaran, hubungan mereka nggak diridhoi Allah. Lain lagi klo udah melalui tali pernikahan. Insya' Allah tak akan ada lg yg namanya patah hati apalagi smapai digembar-gemborkan d jejaring sosial

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali Mas, kalau jomblo gini kan enak gak perlu galau gitu2.. Yang penting nikah aja kalau udah siap ^^

      Hapus
  3. ih, gambarnya serem.. >,<
    itu beneran? ngambil dari mana?

    sebelumnya sempat bingung apa yg ada dlm kurung2 itu, ternyata ada penjelasan di akhir... ^_^

    eh, tapi 'pacaran Islami'?? emank ada ya?
    padahal jelas2 pacaran itu melanggar Syariat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran itu, dari fb seseorang.. pas namaku lagi hihi ^^

      iya itu kutipan dari buku2..

      Itu cuma judul buku isinya ya seperti larangan gitu maksudnya..

      Hapus
  4. ini kalo di psikologi namanya bentuk perilaku masokisme

    saya dulu punya teman skligus tetangga yg masokis, tiap stres pasti nggores tangannya pake silet ato kaca tanpa sakit, malah nikmat alhamdulillah udah ga gitu lg

    pacaran sebelum nikah itu memang terbukti menyebarkan energi negatif, energi negatif yg juga akan direspon negatif oleh neurotransmiter otak sampe akhirnya muncul berbagai "perilaku menympang" jadiii... jangan coba2 pacaran, kalo udah nikah boleeh tuh,berkah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh gitu ya Bu guru, makasih ya ilmunya..

      Kalau tahu penjelasan dari pakar psikologi gini kan enak.. makasih nasehatnya.. ^^

      Hapus
  5. tangan samapi diiris demi cinta untuk pasangannya... aduh jadi sedih, remaja labil yang belum mengerti apa-apa...

    *putar mp3 Al Maidany : jangan jatuh cinta tapi bangun cinta...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sob, begitulah abg labil jaman sekarang.. tak tahu pergaulan dan tidak ada yg mengarahkan :(

      itu lagu bagus ya? nanti saya coba cari..

      Hapus
  6. ngeri banget, sewaktu saya masih SMP dulu saya sering menemukan tangan-tangan teman yang sengaja diiris pisau membentuk inisial pacar. konyol banget yah >_<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh banyak juga ya fenomena seperti itu, kirain hanya beberapa.. siapa ya yg nyontohin -_-'

      Hapus
  7. itu contoh dari kebanyakan nonton sinetron dan film yg gk mutu, keluarga menjadi peran penting!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sob, itu bisa menjadi teguran bagi keluarga lain..

      Hapus
  8. euuww
    jangan bilang itu tangan mu...
    duh makjang, jangan sampe kek gitu ah..
    okelah kalau galau ga masalah
    tapi klo sampe silet2 badan sendiri itu... udah ngeri tauk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan dong, masa' saya sih hihi
      tenang saja sudah ku nasehati kok orangnya,
      semoga dia baik-baik saja sekarang..

      Hapus
  9. urmm... klu bukan jodohnye dengan Wahyu, gimana ya? kena gores lagi la tangan yg Allah bagi pinjam itu.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Cik tu orang teman saya, saya dah beri nasihat buat dia.. semoga baik-baik saja ya..

      Hapus
    2. Ya kita doakan semoga dia baik2 saja.. jangan sampai dia sambung lagi goresannya Alfiansyah.. hehe..

      Hapus
  10. Kak, itu lho ilustrasinya kok bacaannya wahyu? apa itu sengaja buat sendiri? o_o

    tapi memang sih, patah hati itu sudah menjadi salah satu gangguan kesehatan mental. saya saja, yang juga pernah praktik jadi guru BK di sekolah. seringkali melihat dan menemukan kejadian seperti ini. menurut kita memang sepele perihal cinta anak ABG. tapi dalam pemikiran mereka.. ini tentang perasaan, hati dan masa depan. rumit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu kebetulan aja ukhti, muncul di home fb.. dia lagi galau ditinggal pacar sepertinya -_-'

      rumit ya? semoga ukthi bisa mengarahkan mereka ke jalan kebaikan ya..

      Hapus
  11. kedewasaan masih labil karena dalam masa pencarian identitas diri berarti orang tua dan guru mempunyai tugas yang sulit dan berat untuk memantau perkembangan putra putrinya yang masih remaja supaya tidak ternjadi penyimpangan perilaku jika dia sedang menemui masalah kehidupan ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, mereka butuh saran-saran seperti yg sobat sebutkan.. semoga keluarga mereka mengerti ya..

      Hapus
  12. Waktu saya SMP dulu, pernah melihat teman menyayat tangannya utk menulis nama pacarnya. Bukan karena patah hati, justru habis jadian. Saya sampai menjerit ketakutan waktu dia menyuruh saya melihatnya melakukan sayatan itu. Sejak itu, saya menjauh dari dia. Takut ah berteman sama dia.

    Kalau ingat kejadian itu, rasanya miris sekali. Entah apa yang dia dapat dengan hal tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah jaman dulu sudah ada ya Bu, tapi aneh ya kok jadian malah gitu -_-'

      #memang aneh

      Hapus
  13. Jadi keinget pas jaman patah2 hati dulu lalu dishare ke blog. Malu deh kalo liat sekarang. hehehe

    BalasHapus
  14. luka tangannya tu bikin sendiri ta mas wahyu? @..@
    ngilu lihatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan, itu orang yg gak saya kenal di fb ^^
      sudah ku nasehati, tinggal dia gimana..

      Hapus
    2. Serem sekali kalau sampe nekat melukai diri sendiri cuma karena cinta aja..
      *Masya Allah.. ada-ada aja yaa..

      O ya, salam kenal kak Wahyu.. artikel dan blognya bagus..

      Hapus
    3. Iya nih fenomena banget tu~

      sama2, keep int touch ya.. makasih.. ^^

      Hapus
  15. Ya.. jawabannya di komentar2 atas ^^

    BalasHapus

Terima kasih atas komentarnya:
1. Gunakan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung
2. Jangan pakai link aktif/ spam
3. Iklan boleh, tapi 1 kali saja :)

>> Add FB Admin